Barang siapa yang mengamalkan Ilmu yang telah diketahui, maka Alloh Subhanahuwata'ala akan mewariskan Ilmu yang belum diketahui ( Al - Hikam )
Dan siapa yang tidak merasakan pahit getirnya saat menuntut Ilmu, maka dia akan mendapatkan kebodohan sepanjang hidupnya ( Imam Syafi'i )
Tidak setiap yang diharapkan seorang manusia bisa tercapai, karena anginpun bertiup tidak sesuai dengan keinginan perahu ( Sya'ir Islam )
Barang siapa yang bersungguh - sungguh maka akan berhasil ( Syai'r Islam )
Friday, April 8, 2016
Detik - Detik Rosululloh Meninggal Dunia
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu,Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang
dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat didunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut, "kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,
Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku", "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,
dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii,ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Semoga menjadi renungan dan manfaat bagi kita semua agar kita termotivasi untuk membenahi diri kita secara perlahan - lahan dengan meningkatkan kualitas amal Ibadah kita sesuai akhlak pribadi RASULULLAH SAW. Aamiin
Thursday, April 7, 2016
Hormat terhadap orang tua adalah perilaku mulia
SURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah.. Ibuku sudah tua, aku menggendong Ibuku dari Yaman untuk berhaji. Aku menggendongnya pula ketika sa'i, tawaf, lempar jumroh, dan semua kegiatan dan semua kebutuhannya aku penuhi. Apakah aku sudah mampu membalas jasa Ibuku, ya Rasul?" . Rasulullah dengan tersenyum menjawab : "Setelah apa yang kamu lakukan, jasamu bahkan belum sedikitpun menyamai satu tarikan nafas Ibumu ketika melahirkan kamu." Ketika Ibu sedang berbicara, jangan kita sekali kali kita membelakanginya. . Jangan sekali kali mendengarkan kata katanya sedangkan kita sambil berjalan. . Jangan sekali kali berkata "ah" kepadanya. . Rasulullah SAW juga mengatakan : "Sungguh beruntung bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah. Karena dari keduanya ada pintu surga. Dan sungguh rugi rugi dan rugi bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah tapi masuk neraka. Karena sudah dibukakan pintu surga baginya, namun tidak memasukinya. - See more at: http://coretankangiwa.blogspot.co.id/2016/02/selanjutnya-surga-di-bawah-telapak-kaki.html#sthash.Y2bsW9w5.dpuf
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah.. Ibuku sudah tua, aku menggendong Ibuku dari Yaman untuk berhaji. Aku menggendongnya pula ketika sa'i, tawaf, lempar jumroh, dan semua kegiatan dan semua kebutuhannya aku penuhi. Apakah aku sudah mampu membalas jasa Ibuku, ya Rasul?" . Rasulullah dengan tersenyum menjawab : "Setelah apa yang kamu lakukan, jasamu bahkan belum sedikitpun menyamai satu tarikan nafas Ibumu ketika melahirkan kamu." Ketika Ibu sedang berbicara, jangan kita sekali kali kita membelakanginya. . Jangan sekali kali mendengarkan kata katanya sedangkan kita sambil berjalan. . Jangan sekali kali berkata "ah" kepadanya. . Rasulullah SAW juga mengatakan : "Sungguh beruntung bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah. Karena dari keduanya ada pintu surga. Dan sungguh rugi rugi dan rugi bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah tapi masuk neraka. Karena sudah dibukakan pintu surga baginya, namun tidak memasukinya. - See more at: http://coretankangiwa.blogspot.co.id/2016/02/selanjutnya-surga-di-bawah-telapak-kaki.html#sthash.Y2bsW9w5.dpuf
URGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah.. Ibuku sudah tua, aku menggendong Ibuku dari Yaman untuk berhaji. Aku menggendongnya pula ketika sa'i, tawaf, lempar jumroh, dan semua kegiatan dan semua kebutuhannya aku penuhi. Apakah aku sudah mampu membalas jasa Ibuku, ya Rasul?" . Rasulullah dengan tersenyum menjawab : "Setelah apa yang kamu lakukan, jasamu bahkan belum sedikitpun menyamai satu tarikan nafas Ibumu ketika melahirkan kamu." Ketika Ibu sedang berbicara, jangan kita sekali kali kita membelakanginya. . Jangan sekali kali mendengarkan kata katanya sedangkan kita sambil berjalan. . Jangan sekali kali berkata "ah" kepadanya. . Rasulullah SAW juga mengatakan : "Sungguh beruntung bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah. Karena dari keduanya ada pintu surga. Dan sungguh rugi rugi dan rugi bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah tapi masuk neraka. Karena sudah dibukakan pintu surga baginya, namun tidak memasukinya. - See more at: http://coretankangiwa.blogspot.co.id/2016/02/selanjutnya-surga-di-bawah-telapak-kaki.html#sthash.Y2bsW9w5.dpuf
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : "Ya Rasulullah.. Ibuku sudah tua, aku menggendong Ibuku dari Yaman untuk berhaji. Aku menggendongnya pula ketika sa'i, tawaf, lempar jumroh, dan semua kegiatan dan semua kebutuhannya aku penuhi. Apakah aku sudah mampu membalas jasa Ibuku, ya Rasul?" . Rasulullah dengan tersenyum menjawab : "Setelah apa yang kamu lakukan, jasamu bahkan belum sedikitpun menyamai satu tarikan nafas Ibumu ketika melahirkan kamu." Ketika Ibu sedang berbicara, jangan kita sekali kali kita membelakanginya. . Jangan sekali kali mendengarkan kata katanya sedangkan kita sambil berjalan. . Jangan sekali kali berkata "ah" kepadanya. . Rasulullah SAW juga mengatakan : "Sungguh beruntung bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah. Karena dari keduanya ada pintu surga. Dan sungguh rugi rugi dan rugi bagi kalian yang masih memiliki Ibu dan Ayah tapi masuk neraka. Karena sudah dibukakan pintu surga baginya, namun tidak memasukinya. - See more at: http://coretankangiwa.blogspot.co.id/2016/02/selanjutnya-surga-di-bawah-telapak-kaki.html#sthash.Y2bsW9w5.dpuf